FaktaNews.-(Jakarta)– Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) akhirnya meminta maaf dan mengganti tema Lomba Hari Santri yang dirayakan pada 22 Oktober 2021 mendatang.
Perubahan tema itu dilakukan setelah menimbulkan kontroversi di Masyarakat serta tokoh publik.
Saat ini tema itu berganti menjadi Pandangan Agama dalam Menguatkan Wawasan Kebangsaan dan Peran Masyarakat Dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh.
“…merupakan perubahan dan/atau pengganti dari tema sebelumnya yakni:
Hormat Bendera Menurut Hukum Islam; dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam.
Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh masyarakat sekaligus permohonan maaf, …
Sebelumnya BPIP mengadakan lomba Artikel dalam rangka Hari Santri Nasional dengan tema : Hormat Bendera Menurut Hukum Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam.
Tak pelak hal itu memunculkan kritikan dan tudingan
“Sudah jelas2 anda mau menyebarkan bibit permusuhan apa tidak ada judul lain yg sekiranya tak menyakiti hati penganut agama tertentu. Ingat kalian di gaji untuk merekatkan rakyat bukan sebalik nya,” tulis netizen Dani Seno Wibowo,(16/8).
Dani juga mengingatkan, BPIP idealnya bertujuan merekatkan hubungan antar sesama bangsa pun termasuk cara BPIP melihat agama di Indonesia.
“Ingat kalian di gaji untuk merekatkan rakyat bukan sebalik nya, mohon ke depan bikin tema yg tak menyinggung agama tertentu.BIKIN MALU,”kritik Dani.
“BPIP lebih baik dibubarkan…daripada membuat gaduh terus,”geram pemilik Akun Slamet Utomo.(16/08).
Tokoh GP Ansor Jombang Cak Kholiq, yang menyebutkan bahwa penolakan PKS atas tema perlombaan yang diumumkan BPIP tidak saja membela umat Islam, tapi juga membela kebenaran dan fakta sejarah demi keutuhan NKRI.
Kritik juga disampaikan, Anggota DPR yang juga Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid.
Politisi yang akrab disapa HNW ini mengkritisi pernyataan BPIP (16/08/2021) yang merasa senang atas kegaduhan yang tercipta dengan alasan meningkatkan perhatian kepada BPIP.
Lebih jauh Hidayat Nur Wahid juga mengingatkan BPIP untuk introspeksi dan mendesak agar tidak lagi mengulangi kontroversi dengan membentur-benturkan Agama dan Pancasila, karena BPIP tidak dihadirkan untuk membuat kegaduhan dan kontroversi.
“Harusnya BPIP jadi teladan dalam melaksanakan dan menjaga pengamalan Pancasila,”katanya.
Lebih jauh dikatakan, BPIP mestinya berada di garda terdepan mengoreksi bila terjadi perilaku atau kebijaksanaan yang tak sesuai dengan Pancasila seperti saat ada ketidakadilan hukum dan ketidakadilan sosial, merebaknya buzzer dan separatis yang memecah NKRI.
“Atau korupsi yang di era pandemi malah menggila. Atau hilangnya frasa Agama dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035 dan lainnya,”katanya.
Wakil ketua MPR RI itu menjelaskan, Dalam UU Pesantren Pasal 10 ayat (4) misalnya disebutkan, Santri dididik untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, menyemaikan akhlak mulia, memegang teguh toleransi, keseimbangan, moderat, rendah hati, dan cinta tanah air berdasarkan ajaran Islam, nilai luhur bangsa Indonesia, serta berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
“Jangan dengan dalih memperingati Hari Santri Nasional, malah (BPIP) menumbuhkan lagi benih-benih pecah belah bangsa, dengan stigma negatif,” katanya.
Namun demikian Hidayat, mengapresiasi langkah BPIP yang mendengarkan aspirasi publik dengan meminta maaf dan mengganti Tema Lomba Hari Santri setelah menimbulkan kontroversi di Masyarakat.
“Ke depan kegiatan BPIP harus benar-benar sesuai Pancasila, yang menyatukan dan mencerahkan, jangan justru senang menimbulkan kontroversi baru sekalipun kemudian dikoreksi, karena bukan untuk itu BPIP dihadirkan,” kata Hudayat Nur Wahid.(*twi/cor/fak).