Faktanews.co.id.-(Banyuwangi)– Malam itu Sabtu 29 Agustus 2020 FaktaNews berkesempatan mengunjungi kedai kopi yang berlokasi di area Pantai Boom Marina, Banyuwangi, Jawa Timur.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit dari pusat kota Banyuwangi, menuju lokasi yang masuk wilayah Kelurahan Mandar Kecamatan Banyuwangi.
Pantai Marina Boom malam itu nampak sangat ramai dengan berbagai aktivitas warga yang menghabiskan malam minggu di era new normal ini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Dari kejauhan, terlihat adanya deretan kedai kopi yang dikunjungi para pecinta kopi. Namun kedai kopi tersebut nampak berbeda dengan kedai kopi lainya. Sebab banyak kalangan mileneal menghabiskan malam Minggunya di kedai tersebut.
FaktaNews lalu mencoba melihat lebih dekat kedai kopi itu. Di kalangan anak muda atau yang biasa di sebut kaum milenial itu, nampak kalangan disabilitas yang sedang belajar meracik kopi. Salah satunya disabilitas tuna rungu.
Meski saat ini masih era adaptasi baru, namun di bulan Kemerdekaan Indonesia yang 75 ini, para pemuda berkebutuhan khusus itu terlihat semangat belajar meracik kopi layaknya barista profesional.
Seperti salah satunya yang dilakukan penyandang disabilitas tuna rungu yang akrab dipanggil Billa.
Melalui penerjemahnya M Firdaus Alfian Krisna (27), Shafira Sayu salsabila (25) nama asli Billa, mengaku senang dapat mempelajari ilmu meracik kopi untuk mendapatkan cita rasa tinggi.
“Alhamdulillah selama ini lancar mas, memang kelihatnnya sulit, tapi setelah dijalani terasa menyenangkan karena dapat membantu meningkatkan kualitas diri kita,”kata Shafira Sayu salsabila, Sabtu (29/8/2020).
Sementara itu, Indah Cahya Ningrum dari Komunitas Peduli Difabel di Banyuwangi, menceritakan, bahwa penyandang disabilitas itu, sedang menjalani proses belajar untuk menjadi seorang barista profesional.
Mereka nantinya akan dicetak menjadi barista handal yang menghasilkan kopi bercita rasa tinggi, serta memiliki nilai ekonomi yang pantas.
“Tujuan dari pelatihan ini, mereka harus mampu mandiri dan mendirikan cafe yang layak bersaing di tarap nasional,” ujur Indah.
Indah menjelaskan, program ini pertama kali diinisiasi oleh Novian Darma Putra (32), seorang barista handal di kabupaten paling ujung timur pulau jawa ini.
Saat itu Novian menunjukkan video kepada kelompok peduli difabel Banyuwangi.
Dalam video tersebut menceritakan di daerah lain adanya kalangan tuna rungu yang menjadi barista handal dan memiliki cafe bergengsi.
Termotivasi setelah menyaksikan tayangan video tersebut, mereka sepakat untuk melakukan hal serupa. Karena mereka yakin kalangan disabilitas tuna rungu di Banyuwangi juga memiliki kelebihan dan potensi yang luar biasa seperti di tempat lain.
Terlebih sang barista Novian siap mengajari mereka mulai tahap awal hingga selesai.
“Kami yakin berhasil dan sepakat membuat konsepnya, walaupun dalam menjalankan tahapannya berjalan pelan. Karena harus dimulai dari pengenalan jenis kopi, segi rasa, proses penyeduhan hingga penyajian,”tambah Indah.
Darma Putra, Barista kopi mengatakan, agar hasilnya lebih maksimal, tahap awal dia mengajak kalangan disablitas tuna rungu ke kebun kopi yang berada di daerah Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro.
Di kebun kopi itu, mereka dikenalkan berbagai jenis kopi. Tak hanya itu, mereka juga dikenalkan cara menyangrai kopi, baik yang menggunakan cara manual, maupun yang menggunakan mesin.
“Untuk mendapatkan cita rasa yang pas, mereka juga kita minta untuk mecicipi biji kopi yang telah disangrai. Hal itu untuk mengenali rasa dari berbagai jenis kopi yang ada.
Untuk tahap akhir para calon barista itu akan kami latih teknis penyeduhan yang benar hingga proses penyajian,” papar Novian.
Kata Novian, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mencetak kalangan difabel menjadi barista handal dan menghasilkan cita rasa tinggi.
Sebab dalam setiap praktenya untuk menjelaskan materi dan teori, harus selalu didampingi seorang penerjemah. Sehingga membutuhkan tantangan dan kesabaran tersendiri.
“Kendala saat mengajari para difabel, perlunya bantuan penerjemah , tapi di sisi lain ada manfaatnya bagi saya, karena sedikit demi sedikit saya juga bisa belajar bahasa isyarat mereka,”ujar Novian.
Meski menemui beberapa kendala dan tantangan yang tak mudah, namun Novian mengaku tetap semangat mengajari mereka. Karena menurutnya para difabel butuh ruang untuk mengekspreikan kemampuan mereka yang selama ini sering diremehkan.
Terlebih mereka tidak bisa masuk di semua jenis pekerjaan yang ada di instansi pemerintahan.
Dengan diberikan bekal khusus keahlian menjadi barista profesional, diharapkan disabilitas tuna rungu bisa berdikari dan merasa lebih merdeka seperti orang pada umumnya.
“Kami berharap dengan keahlian menjadi barista nantinya mereka dengan keterbatasannya bisa mempunyai usaha sendiri dan mandiri , meski mempunyai keterbatasan,”kata Novian.
Proses belajar meracik kopi tersebut merupakan tahapan seleksi untuk mencari bibit barista yang handal menuju ekonomi kreatif.
Saat ini anggota ada 17 orang anggota disabilitas yang minat dalam bidang tersebut. Di tahap awal yang bisa aktif dan mulai menunjukkan kemampuannya ada tiga orang. Secara bertahap kedepan juga akan ditambah 3 orang lagi dan begitu seterusnya.
“Mereka yang sudah mahir dan menjadi barista profesional, selanjutnya akan kita beri bekal marketing dan manajemen sederhana. Bahkan nantinya mereka akan dikawal oleh komunitas sendiri-sendiri hingga mendapatkan modal dan menggunakan modal itu dengan baik untuk mewujudkan mimpi besar mereka,” tambah Novian.
Meski selama proses belajar mencetak calon barista ini sempat mengalami kendala dan hampir menyerah, namun badai tersebut akhirnya sempat dilalui.
Sebab dukungan dari berbagai pihak, seperti dari komunitas peduli difabel, karang taruna setempat, pemerintahan setempat, serta pihak lain yang peduli difabel, terus memberi motivasi untuk berkarya selama masa pandemi covid-19 kemarin.
Menjadi seorang barista handal di kabupaten yang mengalami kemajuan pesat bidang pariwisata ini tentu menjadi peluang masa depan yang sangat menjanjikan, salah satunya peluang bagi kalangan difabel.
Sebab para pecinta kopi di Banyuwangi maupun ditempat lain jumlahnya sangat fantastis, karena hampir dari semua kalangan menjadi konsumen penikmat kopi.
Hal itu juga didukung adanya jaminan stok kopi di Banyuwangi yang sangat melimpah.
Bahkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memprediksi, produksi kopi dari seluruh perkebunan di Banyuwangi mencapai lebih dari 3.900 ton.
Melimpahnya kopi menjadikan Kabupaten yang dikenal dengan dunia pariwisatanya ini, mengekspor hasil pertanian kopinya.
Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor kopi asal kota gandrung ini, diantaranya Negara Italia, Amerika, Jepang dan Qatar.
“Tak sedikit orang sukses dan kaya raya yang saya kenal, ternyata salah satunya kunci suksesnya usaha di bidang kopi. Karena kopi dinikmati semua kalangan” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah azwar Anas.
Bisnis kopi memang sangat menjajikan, karena hampir kebanyakan orang menjadi penikmat kopi. Karena hampir setiap harinya sebagian besar masyarakat selalu minum kopi meski itu hanya satu gelas.
Bahkan untuk mendapatkan secangkir kopi, sebagian besar masyarakat tidak pernah berpikir berapa kocek yang harus dirogohnya, asalkan cita rasa kopi tersebut sesuai, maka tidak masalah jika harga mahal yang harus dibayar.(Irham).