Faktanews.co.id.– Masyarakat menanggapi dingin bahkan terkesan membully ketika informasi berkaitan perkembangan Vovid-19 serta langkah yang dianjurkan.
Ketika media menampilkan informasi dari pejabat pemerintah tentang perkembangan Covid-19 berbagai komentar dan tanggapan miring yang dialaminya dia lontarkan.
Tak sedikit mengaitkan perkembangan covid-19 dengan Laranagan atau pembatasan Mudik Lebaran.
Koresponden mencoba mencermati ketika media besar menampilkan informasi berjudul Satgas : Zona merah Covid-19 terus bertambah, Terbanyak Di ….dst.
Didalam artikel tersebut lengkap dengan nara sumber Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Hingga 11 April 2021, jumlah zona merah Covid-19 terus bertambah jadk 11 kabupaten/kota atau 2.14 persen sementara pekan lalu jumlah zona merah sebanyak 10 kabupaten/kota.
Jumlah kabupaten/kota yang masuk zona sedang (oranye) mengalami kenaikan dari 289 menjadi 316 kabupaten/kota.
Sementara itu, zona kuning turun dari 207 menjadi 178 kabupaten/kota.
Dalam artikel tersebut mengutip pernyataan wiku daftar zona merah Covid-19 di Indonesia per 11 April 2021:
– Sumatera Utara: Deli Serdang, Kota Medan.
– Sumatera Selatan: Kota Palembang
– Kalimantan Tengah: Kota Palangkaraya
– Kalimantan Selatan: Tanah Laut, Tanah Bumbu.
– Bali: Badung, Gianyar, Buleleng, Kota Denpasar, Tabanan.
“harus ditindaklanjuti dengan konsistensi dan pengendalian Covid-19 yang baik dalam pelaksanaan protokol kesehatan maupun penyusunan kebijakan antisipatif, maupun perubahan perilaku di daerah”pesan Wiku dalam diskusi secara virtual, Selasa (13/4/2021).
Hanya hitungan jam ketika informasi itu ditampilkan di unggah dimedsos, seribu tiga ratus lebih nitizen menyerbu kolom komentar.
“Mosok dari dulu kerjanya cuma ngitungin orang sakit ..gitu Ndak perlu gelar profesor lah. Mbok Yao cari solusi supaya semua tetap bisa beraktivitas normal kembali..kalo cuma ngitung dan sarankan 3,4,6 M Ndak usah pake satgas.. kementerian kesehatan dah cukup lewat puskesmas ???,”Dwi Purwito Adi.
Nitizen tak sedikit berterus terang merasa terganggu ketika informasi Covid-19 menjadi konsumsi berlarut-larut sementara dirinya tidak ada tahu harus berbuat apa apa ketika kebijakan terkait hal itu dilaksanakan.
“Bosannnn dengerrr covad covid pak, mending pikirkan gimana cara meningkatkan ekonomi yg sdh terpuruk ini supaya cepat pulihhhh,bukan malah menakut nakuti ,terus yg mati kena serangan jantung,diabet,malaria itu kok gak pernah denger lagi,setiap org mati covad covid haduuhhhh capekkkk dehhhh,” gerah akun Mochammad Soleh.
“Mohon bapak hrs bijak menyikapi masalah covid klu menangani covid lakukan eksien gak perlu diberitakan Krn masyarakat yg diperlukan sekarang kapan perekonomian akan pulih lagi ,apakah bapak bisa memberikan jaminan dg adanya berita covid yg terus menerus akan bisa memulihkan perekonomian,” gerah akun Sandi Nata.
Ada pula Nitizen menilai ada covidisasi penyakit.
“Baru kemaren ada teman meninggal sakit hepatitis di rumah sakit, dan harus membayar perawatan rs sekitar 16juta. Tapi pihak rumah sakit menyaran kan agar jenasah di kopidkan saja agar biaya rumah sakit gratis. Sampai sini pahamkan klo kasus kovid di bali gak akan pernah selesai,” ungkap I Made Hary Harta.
“di daerah zona pink sma zona…ungu…..kok masih ada bhs kovid congorna….sdh lah …gk usah di besar2……smpek kiamat tetap ada slma gk di britakan tiap hari…hentikan smua….brita congorna mau zona merah ..hitam hijau..apa pink…masyarakat mau kerja bisa makan….,”Moch Ridwan.
“Sy dah gak percaya lagi sama berita ginian, Krn yg Pendapatannya terancam dr hilangnya covid pasti akan menebar ketakutan dgn berita tak bermutu ?,”Rah Ary.
“biasa kalau bulan puasa menjelang lebaran pasti banyak zona merah giliran ada pemilihan/pilgub ganti zona merah.kununing hijau,”Rif Amunk
“Ujung ujung Nya mendekat lebaran tahun Pst tambah banyak zona merah… Skenario apalagi boss boss…,”Goenawan Gent.
“Zona merah gak bertambah pak,,, tpi penghasilanmu seng bertambah karena membohongi semua rakyat indonesia dengan mudah,” Dhimas Kartiko Aji.
Nitizen juga lebih jauh meminta kebijakan terkait hal itu tidak menambah masalah kesulitan perut rakyat.
“Harapan sy hilangkan rapid tes, swab, atau apapun jenis tes nya, sy punya keyakinan, tanpa itu semua, covid virus yg biasa aja, yuuk, kita bersama kuatkan imun masing” , jng mau dibodohkan berita atau media apalaah,”Adhie Wahyoe.
Sementara itu Esther Salempang seakan terganggu ketenangan bila mendengar terkait Covid-19.
“Maaf ga usah di sampaikan seperti ini Pak..hanya menambah ketakutan dan membuat imun semakin menurut. Mari kita bawa dlm Doa sesuai kepercayaan kita masing2. Yakin dan percaya..Tuhan mendengar akan seruan umatnya dan tetap menjaga prokes..?,”kata Esther dalan akunnya. (Fb./kor/kin).