Tak Berkategori  

Garuda Muda (Anak Elang Jawa) Lahir di Kawasan TNGHS

Anak Elang Jawa (Garuda Muda) Lahir di Taman Nasional Halimun Salak

Faktanews.co.id.– Sang Penerus Penguasa Tahta Langit, yaitu seekor anak elang Jawa (Garuda Kecil) di Taman Nasional Halimun Salak, Sukabumi pada awal April 2021,

Elang Jawa (Garuda Kecil yang baru lahir itu diberi nama “Prawara” yang dalam bahasa Sansekerta berarti Paling Terkemuka.

Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) pada Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Wardi Septiana  menjelaskan,setiap aktivitas dari pasangan Elang Jawa ini direkam, dari mulai penataan sarang, pengeraman telur, dan sampai menetas.

Dan kelahiran ini menurutnya memang secara khusus dan rutin dipantau oleh tim monitoring Elang Jawa Balai TNGHS sejak bulan Desember 2020 lalu.

“Kami menggunakan teknologi dan memasang kamera CCTV di dekat sarangnya. Selain itu, kami juga mengkoneksikan ke jaringan internet segala aktivitas Pasangan Elang Jawa selama proses perkembangbiakannya dapat secara online termonitor di Android,” katanya, seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa (20/4/2021).

Elang Jawa merupakan salah satu dari tiga spesies kunci di TNGHS dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa.

IUCN mengkategorikan Elang Jawa sebagai jenis satwa terancam punah dan Pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai jenis satwa dilindungi.

Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya 1 butir sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah.

Baca juga:  Di Pesanggaran Pokmas SJT Rintis Pasar Sore Berbasis Wisata

Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya.

Oleh karena itu, salah satu rencana aksi dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kesuksesan perkembangbiakan (breeding success) Elang Jawa adalah dengan melindungi pohon sarang Elang Jawa yang aktif.

Di dalam ekosistem, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum habitat Elang Jawa berada pada hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder yang berdekatan/ berbatasan dengan ecotone.

Kawasan TNGHS yang merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa diyakini sebagai hatitat terbaik dari jenis elang ini.

Tercatat mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 telah ditemukan 12 sarang aktif Elang Jawa di kawasan taman nasional ini, yaitu 9 sarang di kawasan Gunung Salak dan 3 sarang di kawasan Gunung Halimun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tim Konservasi Elang Jawa Tanahalisa melakukan perlindungan dan pemantauan sarang Elang Jawa aktif secara rutin setiap tahun, yang dilakukan sejak akhir tahun 2020.

Wardi menyampaikan, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pasangan Elang Jawa yang terpantau sedang berbiak adalah “Prabu dan Ratu” atau disingkat “PRATU”. Dan telah dipantau perilaku berbiaknya sejak tahun 2019, namun lebih intensif dipantau mulai bulan Desember 2020. Setelah itu, pemasangan kamera CCTV dimulai pada awal bulan Februari 2021.

Baca juga:  "Silahkan Ambil Secukupnya Silahkan Menaruh Seikhlasnya".GPS Bagikan Sembako Tiap Jum'at

“Dari hasil data monitoring kamera CCTV, Ratu meletakan telur pada tanggal 21 Februari 2021. Setelah 47 hari pengeraman, akhirnya telur PRATU menetas pada tanggal 9 April 2021, tepatnya pada hari Jum’at pukul 05.47 WIB. Detik-detik prosesi penetasan telur dibantu oleh Ratu (induknya) sejak pukul 05.30 WIB, dan hal ini termonitor secara online di Android,” jelasnya.

Wardi mengatakan, hal ini menjadi pencapaian luar biasa karena menjadikan pemantauan perilaku berbiak Elang Jawa di alam dengan menggunakan kamera CCTV secara online pertama di Bumi Nusantara.

Ia berharap, Prawara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa dan bisa menjadi penerus penguasa tahta langit di Taman Nasional Halimun Salak. Dibutuhkan peran serta dan partisipasi dari masyarakat untuk mengawal dan menjaga sampai Prawara dewasa, dan kelestarian keanekaragaman hayati di TNGHS.(*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *