Faktanews.co.id.–(Banyuwangi)–Siang ini matahari agak redup, suasana diskusi antara empat pimpinan media online (MOI) Banyuwangi juga biasa-biasa saja membahas penempatan proposional dan profesional media dalam Pilkada utamanya gawe politik Banyuwangi Pilbup Banyuwangi.
Namun tiba – tiba suasana diskusi agak sedikit bergeser, munculnya lelaki nyentrik bergabung dalam obrol-obrol ringan.
Seruput kopi dan air hangat meningkat minta tambah ketika celetukan-celetukan pria nyentrik biasa dipanggil Gus Edi bertahap masuk dalam obrolan.
“Saya dukung Pilbup Banyuwangi, tapi harus ditekankan pemilih rakyat benar-benar patuhi protokol kesehatan,” sela Gus Edi.
Celetukan datar dengan gaya intonasi tinggi sebagai ciri melekat pada diri Gus Edi ditanggapi heran yang berdiskusi.
“Tumben Gus, omonganmu enak neng kuping,” kata salah satu dari mereka.
Gus Edi yang biasa cengar-cengir bila mendapat kawan bicara masuk dalam subtansi penting, mencoba masuk kembali dalam pandangan bijak.
Keempat pimpinan Media Online dan pengacara yang belakangan nimbrung mengobrol mencoba memaknai curhat Gus Edi dengan sudut masing-masing.
Namun Gus Edi beralur sendiri dalam pengakuan, dia secara pribadi sebenarnya merasa harus mengorbankan diri dalam ketergesa-gesaan materi yang menurut dia adalah hak yang harus segera dipenuhi dan terpenuhi.
“Saya punya kerjaan di KPUD Banyuwangi, pekerjaan sudah saya selesai dinikmati warga semuanya waktu Pilgub 2018 lalu, tapi SPK tidak dikeluarkan sampai sekarang dan prosesnya di kepolisian sudah lebih 1 tahun belum ada titik terang ……, tapi demi Pilbup ini biarlah dulu saya diamkan untuk sementara, saya harus menahan diri menahan emosi dengan Keprihatinan di masa Pandemi, Saya apreasi semua lapisan masyarakat Banyuwangi yang sampai sekarang kondusif sekali demi Banyuwangi yang lebih baik lagi, intinya demi Pilbup biarlah dulu, tidak …. dulu,” kata gus edi enteng mulai mengungkap tahapan cerita memaknai sendiri sikap bijak.
Lo memang berapa danamu disana, dana apa kok belum di bayar?.”saya tadi kan omong, SPKnya tidak dikeluarkan,” terang gus Edi mengeryitkan dahi sambil menepukkan tangan di kedua kakinya.
Bukan namanya Gus Edi kalau tidak ceplas ceplos dalam ucapan-ucapan, ini nampak ketika dia merealisasikan komentar-komentar lain.
Obyek berikutnya bicara berkembang yang terkadang diakui jujur dia tidak terlalu atau menguasai persoalan itu.
“Wes ta, aku pingin Banyuwangi damai, Pilkada damai, sopo seng dipilih serahno rakyat ae…rakyat wes podo pinter, ngono kan kakang-kakangku,” katanya pamit berucap salam. Oke Gus. (*Kin).