Tak Berkategori  

Akui Ikut Demo Minta Presiden Soeharto Mundur, Fahri Tetap Akui Jasa Soeharto Kepada Perjalanan Indonesia

Faktanews.co.id.– Seperti para politikus kritik lain yang proposional menempatkan kepemimpinan masa lalu, sikap yang sama ditunjukkan politikus Fahri Hamzah.

Mantan Anggota DPR.RI yang sempat ikut dalam bagian demonstrasi mendesak Presiden Soeharto mundur itu tetap mengingat jasa masa lalu kepimpinan Soeharto terhadap Indonesia.

Fahri tak mau melupakan sejarah bahwa Soeharto pernah membawa negeri menjadi bangsa disegani didunia.

Oleh karenanya bangsa Indonesia tak berlebihan mengheningkan cipta mengenang satu abad kelahiran salah satu tokoh besar yang pernah dilahirkan Indonesia.

Fahri Hamzah tak menampik rasa legowo Soeharto untuk mundur dari jabatannya meski konstitusi sebenarnya masih dapat mempertahankan jabatan itu.

Mundurnya Soeharto dia tempatkan sebagai sikap tokoh yang memberi peluang kepada keinginan perubahan dalam mentransformasi bangsa.

“Hari ini tepat HUT Pak Harto ke #100TahunPakHarto . Saya tidak pernah jumpa beliau. Tapi saya pernah demonstrasi sampai beliau mundur 21 Mei 1998. Pak Harto adalah tokoh besar yg mentranformasi negara kita menjadi kekuatan yg disegani. Hari ini kita mengheningkan cipta,” kata Fahri Hamzah, Selasa (8/6/2021).

Fahri menilai dalam seseorang tokoh besar sekalipun hal wajar terdapat kekurangan dari kesempurnaan dalam kepemimpinan.

Menurut Fahri, Pak Harto memimpin bangsa ini 30-an tahun lebih dengan segala kurang lebih.

Dari sebuah kepemimpinannya tidak bisa dinafikan banyak terdapat keberhasilan yang dapat dirasakan saat itu dan setelahnya.

Baca juga:  Akui Pasang 15 Pamflet Sindiran, Puskaptis Apriori Efektifitas Surat Pencabutan Kesepakatan Pembagian Teritorial Kawah Ijen

“Maka mengingatnya adalah monumen bagi memori kolektif bangsa.” Lanjut Fahri pada cuitan akun Twitter pribadinya.

Lebih jauh, Fahri juga menilai generasi penerus harus bisa menempatkan penilaian kepemimpinan dengan adil dan seimbang.

“Pada masanya ketika berkuasa, setiap pemimpin menerima pujian. Kadang berlebihan. Maka, tidak adil baginya ketika tiada generasi setelahnya tidak memberikan penghargaan apalagi memaki.Kita harus melawan sikap tidak adil seperti ini kalau mau besar dan maju.” Katanya.

Fahri mengingatkan perjalanan bangsa sebesar ini merupakan hasil jerih payah pendiri serta pejuang bangsa yang perlu dihargai.

“Pun hal ini termasuk Soeharto sebagai Presiden Kedua RI. Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat untuk menghargai dan meneruskan jejak tokoh-tokoh tersebut, Apapun kesalahan mereka, manusia tidak ada yg sempurna. Tugas kita adalah menghargai dan meneruskan jejak langkah.” lanjutnya

Fahri mengajak para generasi lebih dewasa untuk membawa bangsa ini lebih maju kedepan.

Menurutnya, Sebuah bangsa yang  menyimpan dendam masa lalu akan membawa beban berat maju kedepan.

“(Itu) yang menghalangi kita terbang tinggi,”kata Fahri.

Sekarang kita menatap ke depan. Memulai perjalanan menjadi kekuatan global yang diperhitungkan. Amin YRA. #100TahunPakHarto.(*twt/red/fak).

Soeharto lahir tepatnya pada 8 Juni 1921  dari seorang ibu bernama Sukirah.

Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta dan meninggal di Jakarta pada 27 Januari 2008 pada usia 86 tahun.

Baca juga:  Musibah KRI Nanggala-402, Ucapan Duka Mendalam Dari Presiden, Menteri, Wartawan Senior Hingga Anak Mantan Presiden 

Sebelum menjabat sebagai Presiden RI yang kedua, Soeharto merupakan pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda.

Soeharto saat itu berpangkat mayor jenderal, merupakan figur yang ditunjuk presiden Soekarno dalam tugas kembalinya Irian Barat (Papua) ke Indonesia.

Saat itu Soeharto Ditunjuk sebagai Panglima Komando Mandala ditugaskan Soekarno dan berhas merebut Irian Barat Pada 11 Januari 1962 saat diplomasi berakhir buntu.

Soeharto ditunjuk kembali pada tahun 1965 oleh presiden Soekarno untuk mengembalikan situasi keamanan dan stabilitas politik dimasa situasi politik memanas pemerintahan Soekarno.

Saat itu situasi politik nasional terdiri dari fraksi-fraksi nasionalis, komunis, dan agama terus memanas yang berujung peristiwa kekejaman PKI.

Akibat peristiwa kekejaman PKI, Oleh Soeharto PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang.

Bahkan saat Soeharto menjadi Presiden PKI di cap sebagai bahaya laten yang harus diwaspadai. (*twt/red/fak).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *